CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Sunday, January 27, 2013

KITAB SUCI SANTAPAN ROHANI



Hari ini 27 Januari 2013 adalah hari Ahad minggu yang ketiga di dalam Tahun C. Pembacaan Injil seperti yang ditetapkan oleh gereja Katolik adalah pembacaan dari Nehemia 8:3-5a, 6-7, 9-11; 1 Korintus 12:12-30 dan Lukas 1:1-4, 4:14-21. Ketika membaca dan merenungkan bacaan-bacaan hari ini, khususnya bacaan pertama dan Injil, saya telah  menangkap salah satu pesan utama untuk kita semua, iaitu pentingnya Kitab Suci di dalam hidup kita sebagai umat Kristian. Dalam pembacaan pertama [Nehemia 8:3-5a, 6-7, 9-11] dikisahkan bagaimana Imam Ezra membawa Kitab Taurat ke hadapan jemaah. Kitab itu kemudiannya dibacakan dengan jelas, dengan diberi keterangan-keterangan, sehinggalah seluruh jemaah memahaminya. Jemaah pun mendengarnya dengan penuh perhatian, kemudian berlutut dan sujud menyembah kepada Allah.


Sementara itu, pada bahagian awal bacaan Injil (Lukas 1:1-4; 4:14-21), Santo Lukas menceritakan bagaimana beliau menulis Injilnya. Sebelum menulis Injilnya, beliau melakukan penyelidikan sepenuhnya mengenai peristiwa-peristiwa berkaitan kehidupan Yesus. Maka, tidak hairanlah beliau menampilkan kisah-kisah yang khas dan tidak terdapat dalam Injil-Injil yang lain, misalnya kisah kanak-kanak Yesus (Lukas 1-2). Santo Lukas menulis Injilnya dengan tujuan agar kita dapat mengenali dengan lebih dekat siapakah Yesus Kristus yang kita imani. 

Apa yang dilakukan Yesus dengan membaca nas Kitab Suci kemudian menegaskan bahawa “Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya” juga menegaskan betapa pentingnya Kitab Suci dalam kehidupan Yesus. Yesus datang untuk memenuhi nas Kitab Suci.

Oleh itu, pesanan Sabda Tuhan hari ini sangat jelas, iaitu agar kita mencintai Sabda Tuhan yang terlulis dalam Kitab Suci. Kita diajak untuk tekun dan setia membaca dan membacakan Kitab Suci seperti yang dilakukan Imam Ezra; kemudian mengkajinya seperti yang dilakukan Santo Lukas dengan merenungkannya; setelah itu mewartakannya; dan yang tidak boleh dilupakan, kita harus memenuhinya seperti yang dilakukan oleh Yesus.

Seringkali kita ragu-ragu bahkan berasa takut untuk membaca Kitab Suci. Kita merasa takut kalau disalah ertikan. Kita merasa tidak ada gunanya membaca Kitab Suci kalau kita tidak mampu memahaminya. Namun, alasan yang sebenar-benarnya adalah kita ini MALAS untuk membaca Kitab Suci. Mulai sekarang, kita tidak perlu takut dan ragu membaca dan merenungkan Kitab Suci, meskipun tidak tahu atau tidak memahami maksudnya. Percayalah, bahawa Kitab Suci yang kita baca dan renungkan – meskipun kita kurang memahaminya – tetap akan berkarya dalam diri kita dengan cara-cara yang tidak kita ketahui. Bukankah kalau kita makan, kita juga tidak memahami sepenuhnya kandungan zat-zat dari makanan tersebut, apalagi kegunaan setiap zat-zat tersebut di dalam tubuh kita. Namun, begitu kita makan, tubuh kita akan memprosesnya sehingga kita hidup, sihat dan memperoleh kekuatan atau tenaga. Begitu juga dengan Sabda Tuhan, ia dengan sendirinya akan melalui proses di dalam jiwa kita.

Seringkali kita juga berfikir dan berkata “Ah, apa gunanya membaca Kitab Suci dan mendengarkan homili atau khutbah, selepas ini sudah pasti akan dilupakan semuanya”. Kalau kita berfikir demikian,cuba kita tanyakan kepada seorang suami yang telah berumahtangga selama 30 tahun ataupun paling kurang 20 tahun. Setiap hari, sudah pasti dia akan makan makanan hasil air tangan isterinya sendiri. Namun, saya jamin bahawa si suami tersebut tidak akan ingat 30 tahun yang lalu isterinya masak apa; 20 tahun yang lalu apa yang isterinya masak; 10 tahun yang lalu apa yang isterinya masak. Bahkan, apa yang dimasak isterinya seminggu yang lalu saja mungkin sudah dilupakan. Namun, kerana hari demi hari, dia memakan hasil masakan yang disediakan oleh isterinya tanpa mengingatnya tapi ternyata dia tetap hidup, sihat dan memperoleh kekuatan untuk bekerja. Bukankah Sabda Tuhan itu merupakan makanan rohani bagi kita, yang kalau kita tekun dan setia membaca dan merenungkannya, pasti akan memberi kekuatan dan tenaga rohani bagi kita.

Seringkali pula kita tidak berminat membaca Kitab Suci sendiri dan mengharapkan orang lain membacakan serta menerangkannya kepada kita. Ya ini memanglah sesuatu yang baik, tetapi itu sama saja dengan kita makan tetapi tidak mau mengunyah sendiri namun dikunyahkan orang lain atau dimasukkan ke dalam mesin pengisar. Tentu rasanya menjadi kurang enak dan kita tidak akan menikmati lazatnya makanan tersebut. Sabda Tuhan pun akan lebih terasa dan bermakna andai kita sendiri yang membacanya dan memahaminya sendiri mengikut fahaman sendiri tanpa bantuan orang lain. 

Sekali lagi, marilah kita semakin mencintai Kitab Suci. Kita tekun dan setia membaca dan membacakan Kitab Suci seperti yang dilakukan Imam Ezra; kemudian menyelidikinya seperti yang dilakukan oleh Santo Lukas dengan merenungkannya; setelah itu mewartakannya; dan yang tidak boleh dilupakan, kita harus memenuhi segala tuntutan seperti yang dilakukan oleh Yesus. Meskipun Sabda Tuhan sudah dipenuhi oleh Yesus, namun kita juga diutus untuk memenuhinya. Dalam diri kita, Sabda Tuhan juga akan penuh apabila kita tekun dan setia membaca, merenungkan, mewartakan dan melaksanakannya. Amen.











-Duc in Altum-




No comments:

Post a Comment